Catatan Perjalanan Digital: "Menemukan Diri Lewat Link Fomototo"
Catatan Perjalanan Digital: "Menemukan Diri Lewat Link Fomototo"
Blog Article
Jakarta, 07.00 pagi.
Suara klakson bersahut-sahutan.
Kopi sudah dingin sebelum sempat diminum.
To-do list lebih panjang dari niat.
Dan di tengah kekacauan pagi itu, aku merasa… ingin kabur.
Bukan ke Bali. Bukan ke Lembang.
Tapi ke tempat lain.
Tempat yang tidak ada di Google Maps.
Tempat yang hanya bisa dibuka lewat satu hal:
Babak 1: Pintu Masuk Menuju Ruang Tanpa Judul
Aku tak pernah mengira bahwa sebuah tautan bisa membuatku merasa seperti naik kereta keluar kota.
Begitu halaman terbuka, suara-suara bising di kepala mulai memudar.
Tidak ada iklan. Tidak ada pop-up.
Tidak ada ucapan “Ayo tingkatkan level kamu!”
Hanya warna, bentuk, dan gerak jari yang pelan.
Link Fomototo bukan game.
Ia lebih mirip...
Teras belakang rumah di masa kecil.
Tempat kamu duduk, main pasir, dan dunia membiarkanmu tenang.
Babak 2: Dialog Sunyi dengan Diri Sendiri
Setiap puzzle yang kususun seolah menjadi dialog.
Bukan dengan orang lain.
Tapi dengan versi diriku yang selama ini tenggelam di grup kerja, tagihan, dan ekspektasi orang.
Di sini, aku tidak dinilai.
Tidak harus pintar. Tidak harus cepat.
Tidak harus lucu atau relevan.
Aku hanya perlu jadi... hadir.
Babak 3: Pelarian atau Perjalanan?
Orang mungkin bilang ini bentuk pelarian.
Tapi bukankah semua perjalanan dimulai dari keinginan untuk kabur sejenak?
Dan mungkin...
link Fomototo memang bukan destinasi.
Tapi ia seperti halte kecil di tengah padatnya perjalanan hidup.
Tempat kita duduk, tarik napas, dan tersenyum kecil sebelum melanjutkan.
Penutup: Semua Orang Butuh Tempat Untuk Pulang (Meski Digital)
Di zaman serba cepat ini, kita sering lupa bahwa butuh jeda.
Dan jeda itu tidak selalu harus mewah.
Tidak harus jauh.
Tidak harus mahal.
Kadang, jeda itu cuma butuh satu klik.
Satu link Fomototo.
Dan keberanian untuk berkata:
"Aku butuh waktu untuk diriku sendiri."